Anak Indonesia Darurat Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah
salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh
untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang nantinya mengakibatkan
kenaikan kadar gula darah.
Biasanya, diabetes
melitus identik dengan penyakit orang tua, namun belakangan ini juga lazim
ditemukan pada anak-anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merilis data yang
menunjukkan bahwa prevalensi anak penderita diabetes meningkat 70 kali lipat
pada Januari 2023 dibanding 2010. Hampir 60% penderitanya adalah anak
perempuan. Sementara itu, berdasarkan usia penderitanya, sebanyak 46% berusia
10-14 tahun dan 31% berusia 14 tahun ke atas. Data tersebut berasal dari 15
kota di Indonesia dengan penderita terbanyak berasal dari Jakarta dan Surabaya.
Hal tersebut tentunya
berbahaya mengingat risiko kesehatan yang ditimbulkan dari diabetes melitus,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, amputasi, bahkan kematian.
Selain itu, dampak jangka panjang apabila kasus diabetes melitus pada anak
tidak terkontrol, maka akan menurunkan daya saing mereka sehingga tidak
terbentuk generasi emas untuk masa depan Indonesia.
Tren makanan dan minuman
kekinian diduga menjadi faktor utama pemicu diabetes melitus pada anak. Sebut
saja seperti fast food, dessert, boba, dan kawan-kawannya yang
tentunya tinggi gula. Terlebih makanan dan minuman tidak sehat tersebut juga
mudah dijangkau dan dapat ditemukan di sekitar. Meskipun Kemenkes RI telah
menerbitkan aturan batas konsumsi gula, akan tetapi literasi masyarakat masih
rendah sehingga pola asuh orang tua belum mampu melindungi anak mereka dari
konsumsi gula yang berlebihan.
Penurunan aktivitas fisik
juga turut andil dalam peningkatan angka diabetes melitus pada anak. Mengapa
demikian? Karena gaya hidup malas gerak akan menyebabkan obesitas sehingga
meningkatkan risiko diabetes melitus. Peristiwa ini dapat kita amati dengan
banyaknya anak yang menghabiskan aktivitas dengan bermain game online,
menonton TV, atau scroll sosmed dibandingkan melakukan permainan fisik
seperti anak-anak zaman dulu.
Orang tua menjadi tokoh utama dalam pencegahan diabetes melitus pada anak di mana mereka harus menerapkan gaya hidup sehat pada anak. Pembatasan konsumsi gula tambahan juga perlu dilakukan, yaitu tidak lebih dari 6 sendok teh pada anak-anak. Dibutuhkan juga upaya pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mengawasi jumlah gula pada makanan dan minuman yang beredar di masyarakat. Literasi harus terus digencarkan agar masyarakat sadar akan pentingnya gaya hidup sehat sehingga diharapkan angka diabetes melitus pada anak menurun karena negara yang kuat membutuhkan generasi yang sehat.
Sumber:
BBC News Indonesia. 2023.
Kasus diabetes anak meningkat ‘sangat mengkhawatirkan’, imbas makanan-minuman
manis 'mudah dijangkau' - 'regulasi belum cukup melindungi,' kata peneliti. https://www.bbc.com/indonesia/articles/clj6rene4y7o
Qifti, F., Malini, H. and
Yetti, H., 2020. Karakteristik Remaja SMA dengan Faktor Risiko Diabetes Melitus
di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2),
pp.560-563.